Jumat, 08 Januari 2016

Again (In a different way)

I do, I am, 

I could feel 
The smiles that shine upon the face 
Creating some disturbances in the deep living and feeling 

I could catch 
The sight that glow in the little - darkness of the eyes
Growing the chemistry in every part of the heart

I do, I am, 

I could 
I hoped 
I wished 

I do, I am, 



Kamis, 05 Februari 2015

tragedi stasiun kereta

suatu senja di stasiun kereta,
aku berdiri menunggu kereta datang dari utara
melangkahkan kaki , membuka mata

aku melihat seseorang di seberang sana
jaketnya hitam bergaris hijau muda
aku kenal dia

aku melambaikan tangan tanpa rasa
aku tak ingin lagi jatuh cinta

bunda,
aku sudah pernah tulus mencintainya
namun kalau dia tidak suka
aku bisa apa?

berdoa selalu aku berdoa
memohon kepada pencipta selamanya
namun apa jawabnya?
tidak ada

mungkin aku dan dia tidak dapat bersatu
kami berbeda
aku menuju selatan sedang dia ke utara
waktu paro kami pun tak sama
haha

namun jika memang demikian
mengapa kami saling bertatap mata?
atau sesekali tersenyum tanpa makna

ya memang tak ada lagi makna
namun kami tetap bahagia
haha itulah cinta
cinta dari hati seorang anak SMA
kepada mahasiswa yang baru kemarin di wisuda

kereta datang pertama kepadanya
ia mengucap salam perpisahan, ya sudah tiba saatnya
aku terima jika dia harus pergi ke jakarta

stasiun kereta
menjadi sebuah arena drama
anak - anak manusia
seperti telenovela
atau dunia dalam berita

stasiun kereta
kini punya cerita
tragedi antara aku dan dia

haha
jes jes jesss
itu suara kereta
kami bahagia

Senin, 29 Desember 2014

Gila

ha. ha. ha. aku memang sudah gila. aku tak punya mata, yang sebenarnya menampilkan semua bukti nyata kepedihan itu. bahkan ketika aku melihat diriku dibunuh, akupun diam. menelantarkan segala perasaan yang ada, dalam setiap tindakan. mulutku tak lagi dapat bersua. untuk meneriakkan semua kerinduan dalam sukma. mengapa? mengapa aku harus dikuasai oleh angan - angan. oleh mimpi yang akan selamanya menjadi mimpi. aku sudah benar - benar gila. bahkan ketika aku merasakan hatiku tertusuk, aku tetap mencintainya. manusia! aku ini masih manusia. tapi kemanakah semua logika yang seharusnya kumiliki? dengan cara apalagi aku harus menelungkupkan telapak tangan yang begitu mudah itu? betapa bodohnya aku. aku yang saat ini. aku yang dikusai oleh roh roh tak terlihat. roh cinta. yang membawaku kepada kehancuran, atau sesekali kepada kenangan.

Sabtu, 27 Desember 2014

Tentang Harapan dan Kenyataan

Untuk kamu,

Hai cinta, yang ada padaku saat ini bukanlah sebuah kenyataan. melainkan harapan akan bayang - bayang angan. pada anganku, aku berlari kencang di antara para bintang. namun pada kenyataannya, aku hanya menggeliat di antara debu dan tanah kusam. maklumkanlah, bergerak saja aku harus dititah, bagaimana kubisa terbang?

Aku hanyalah anak kemarin sore, tanpa ilmu yang penuh seperti para cendikiawan masa depan. kata - kata ku bisa dibilang tanpa makna. karena sesungguhnya, aku hanyalah filsuf dari diriku sendiri. itu pun belum sempurna.

sedangkan kau? kau jauh berada di atas ku. ibarat kau sebuah langit , aku adalah jurang terdalam dari absis yang terkikis oleh udara - udara yang terus bergerak. kau terlalu sempurna untukku. sehingga untuk bisa berinteraksi denganmu, aku harus melampaui bumi, mengitari matahari, dan menaklukan galaksi bimasakti. memang sulit aku memperjuangkan cinta dengan seorang yang begitu sempurna sepertimu. bukannya aku tak sanggup, kesanggupanku bahkan telah kunyatakan jauh sebelum kita bertemu. dan untuk masalah kesetiaan, jangan lagi kau ragukan kesetiaanku. sebab aku telah setia kepadamu, bahkan sebelum kita dipersatukan. lantas apa lagi yang bisa kuperjuangkan untukmu?

kematianku kah? baik, kalau untuk yang satu itu, tak bisa kuberikan kepadamu. kau memang pencipta angan bayang layang - layang, yang mengudara di langit lepas, kau adalah anganku. tapi, aku tak bisa berikan kematianku untukmu, kematianku adalah untuk dia yang menciptakan aku dan kau, semua tentang kita.

aku  memang tak punya senjata terbaru untuk memanah tepat hatimu. karena sesungguhnya, hal itu seharusnya kau yang lakukan padaku bukan? tapi tak apa. berhubung aku yang sangat mencintaimu, aku bersedia memperjuangkanmu.

dalam kenyataan ini kau memang mungkin tak sanggup untuk menyukaimu. ya karena aku buruk rupa. namun jika memang demikian, apakah arti semua memori dan kenangan yang kita nikmati bersama? apakah arti tatapanmu tajam merusuk dan menjantungi hatiku? kau. aku tak lagi tahan melihatmu berbuat demikian. cepat lah berikanku jawabmu.

bersediakah kau menyempurnakan harapanku, dengan mendampingiku menghadapi realita dan kenyataan ini?
aku menantikanmu.

Kamis, 25 Desember 2014

Tentang Perasaan dan Pikiran

Untuk kamu,

jika keyakinan ini merupakan sebuah kebetulan, maka akan hadirkah kepastian? sebab rasanya tak mungkin jika kepastian hadir tanpa sebuah keyakinan yang menghampiri setiap keadaan. hmmm. lalu bagimana dengan kenyataan? realita kehidupan yang sangat sadis itu , tak akan pernah mampu membawa angan - angan menuju sebuah kebahagiaan.

aku mengerti, bahwa aku harus lebih banyak belajar untuk memisahkan antara kenyataan dan angan - angan. tapi ketika aku hidup dalam diriku, kedua hal itu tak mau berjalan sendiri - sendiri. jiwaku meneriakkan kejamnya kenyataan, sedang hatiku melontarkan pertanyaan mengenai angan. sebenarnya apakah itu? aku tak mengerti.

lalu, bagaimana dengan semua kenangan yang pernah terajut dalam bintang kasih sayang? apakah itu juga sebuah kebetulan. haha. terlalu banyak kebetulan di dunia ini. atau terlalu banyak kesadaran yang menghantarkan pikiran serta perasaan ini menuju kebetulan. lantas siapakah yang paling kuat pengaruhnya? ya. memang, diriku sendiri yang dapat menentukan. namun kapan? sebab hingga kini saja aku tak tahu apakah perasaan ini?

haha. sudahlah. mungkin sudah seharusnya kenangan hadir untuk dilupakan. dan perasaan tercipta untuk dihancurkan. sebab Dia pun dilahirkan bukan untuk dijadikan. sehingga sebenarnya, aku tahu bahwa aku tak perlu khawatir mengenai logika sebuah kebetulan, perasaan, kenyataan, atau hal - hal seperti itu. karena seharusnya yang paling harus kumiliki saat ini adalah kasih, iman, dan kepercayaan.

aku tak mau terus bermain di antara perasaan dan kenyataan yang sedang kuhadapi.

Rabu, 10 Desember 2014

surat kepada bintang

hai bintang,
aku memanggilmu dari bumi
bagaimana keadaan langit?
masih adakah bulan, bulan masih adakah?
aku di bumi baik - baik saja

bintang,
aku bingung dengan semua ini
aku tak bisa lagi melihat mata di siang hari
semua romantika pandang kabur dalam gelap
tak ada lagi suara , tak ada lagi harapnya

bintang,
aku sudah terlalu tegar
merasakan belati yang menancap dalam jantung hati pikiran dan perasaanku
bahkan lebih tegar dari sebuah benda, dengan torsinya yang maksimal

bintang,
doakan aku dari langit
jika apabila aku harus bersatu dengan alam, biarlah kemewahan lepas dari hidupku
apabila aku harus hidup dalam kesendirian, biarlah kenangan pergi dari pikiranku
dan apabila aku harus tidak dicintainya, biarlah hatinya terbang kepada sang empunya
karena sesungguhnya aku tak bisa melepas cintanya, apabila ia terus ada disaat aku membutuhkannya

Sabtu, 06 Desember 2014

terserah

aku tak sanggup lagi
kali ini aku tak bisa
aku tak bisa membohongi perasaanku
menipu pikiranku
ini memang aku
tanpa pengetahuan yang cukup untuk diujikan
aku bukan anak emas yang cerdasnya tak terbatas
bukannya aku tak mau berusaha
tapi itu bukan takdirku
aku memang tak mengerti apa - apa lantas untuk apa aku berpura - pura?
bagiku, nilai bukanlah segalanya
toh mati pun tak akan kubawa
jadi untuk apa aku berusaha menciptakan sebuah prestasi yang bukan murni dari diriku sendiri?
sudahlah, aku sudah lelah
jangan lagi kau berbicara padaku tentang nilai
aku tak peduli, karena nilai pun tak mempedulikan aku
aku lebih baik hidup dalam kebodohan , kesederhanaan, yang dapat melegakan batinku, pikiranku,
aku lebih baik memperjuangkan cinta dan kasih sejati, daripada nilai yang tak akan kubawa mati